BMKG Juga Memberikan Penjelasan Mengenai Gempa Tersebut. Berikut Sejumlah Hal Penjelasannya:
1, Sudah Di Bahas Sebelum Tsunami Aceh 2024
BMKG menyatakan potensi gempa besar di dua zona megathrust itu sudah dibahas sejak sebelum terjadi Gempa dan Tsunami Aceh 2004. BMKG menyatakan munculnya pembahasan gempa megathrust bukan sebagai bentuk peringatan dini.
"Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Tidak demikian," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono
2. Waspadai Seismic Gap
2. Waspadai Seismic Gap
Dalam penelitian dan pengamatan terhadap gempa, dikenal istilah seismic gap yang artinya zona kekosongan gempa besar. Daryono mengatakan pemerintah Indonesia dan masyarakat harus mewaspadai seismic gap sebagai upaya mitigasi mencegah jatuhnya korban akibat bencana gempa besar.
"Kita hanya mengingatkan kembali keberadaan Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Seismic gap ini memang harus kita waspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu,"
3. Mentawai-SiberutRatusan Tahun Belum Gempa
Daryono menjelaskan, rilis gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut 'tinggal menunggu waktu' yang dibuat sebelumnya karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar. Meski begitu, bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat.
"Dikatakan 'tinggal menunggu waktu' disebabkan karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar semua, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi," katanya. Dia membeberkan sampai saat ini belum ada ilmu dan teknologi yang akurat mampu memprediksi kapan gempa terjadi. Sehingga tidak dapat dipastikan kapan gempa megathrust itu akan terjadi.
"Sudah kita pahami bersama, bahwa hingga saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dengan tepat dan akurat mampu memprediksi terjadinya gempa (kapan, di mana, dan berapa kekuatannya), sehingga kita semua juga tidak tahu kapan gempa akan terjadi, sekalipun tahu potensinya," Dia menjelaskan informasi potensi gempa megathrust yang berkembang sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini. Dia meminta masyarakat tak memaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat.
"Sudah kita pahami bersama, bahwa hingga saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dengan tepat dan akurat mampu memprediksi terjadinya gempa (kapan, di mana, dan berapa kekuatannya), sehingga kita semua juga tidak tahu kapan gempa akan terjadi, sekalipun tahu potensinya," Dia menjelaskan informasi potensi gempa megathrust yang berkembang sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini. Dia meminta masyarakat tak memaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat.
4. Tak Terkait Gempa M 7,1 Tunjaman Nankai
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa, seperti melaut, berdagang, dan berwisata di pantai. BMKG selalu siap memberikan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dengan cepat dan akurat.Dia mengatakan munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut tidak terkait langsung dengan peristiwa gempa kuat Magnitudo (M) 7,1 yang berpusat di Tunjaman Nankai dan mengguncang Prefektur Miyazaki Jepang. Namun, Daryono mengatakan gempa yang memicu tsunami kecil pada Kamis (8/8) itu mampu menciptakan kekhawatiran bagi para ilmuwan, pejabat negara dan publik di Jepang akan potensi terjadinya gempa dahsyat di Megathrust Nankai.
"Peristiwa semacam ini menjadi merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut," katanya.
Sejarah mencatat, gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai terjadi pada 1946 (usia seismic gap 78 tahun), sedangkan gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757 (usia seismic gap 267 tahun) dan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 (usia seismic gap 227 tahun). "Artinya kedua seismic gap kita periodisitasnya jauh lebih lama jika dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga mestinya kita jauh lebih serius dalam menyiapkan upaya-upaya mitigasinya,"
Sejumlah titik zona Megathrust mengepung Pulau Jawa dari selatan. Gempa akibat pelepasan energi di area ini bisa memicu tsunami. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan ada ancaman dari dua megathrust di Indonesia yang sudah lama tak pecah. Dua megathrust itu yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
Megathrust merupakan daerah pertemuan antar lempeng tektonik Bumi yang berpotensi memicu gempa kuat dan tsunami dahsyat. Zona ini diperkirakan bisa melepas energi berulang dalam siklus ratusan tahun. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017 mencatat kedua megathrust itu pernah pecah dalam siklus ratusan tahun lalu.
Megathrust Selat Sunda tercatat pernah pecah pada 1699 dan 1780 dengan kekuatan M 8,5. Sementara itu, Megathrust Mentawai-Siberut pernah gempa pada 1797 dengan M 8,7 dan pada 1833 dengan M 8,9. Tak hanya dua megathrust tersebut, berdasarkan peta yang sama terdapat 13 megathrust yang mengepung Indonesia, termasuk di dekat Jawa.
Berikut daftar lengkap segmen megathrust yang mengancam Jawa seperti dikutip dari Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017:
Megathrust Bali
- Potensi Magnitudo maksimum: 9,0
- Pergeseran per tahun: 4 cm
- Dimensi: panjang 500 km, lebar 200 km
- Sejarah gempa: belum ada catatan
Megathrust Jateng-Jatim
- Potensi Magnitudo maksimum: 8,9
- Pergeseran per tahun: 4 cm
- Dimensi: panjang 440 km, lebar 200 km
- Sejarah gempa: M M 7,2 pada 1916; M 7,8 pada 1994
Megathrust Selat Sunda-Banten
- Potensi Magnitudo maksimum: 8,8
- Pergeseran per tahun: 4 cm
- Dimensi: panjang 280 km, lebar 200 km
- Sejarah gempa: Magnitudo 8,5 pada 1699 dan 1780
Megathrust Jawa Barat
- Potensi Magnitudo maksimum: 8,8
- Pergeseran per tahun: 4 cm
- Dimensi: panjang 320 km, lebar 200 km
- Sejarah gempa: M 8,1 pada 1903; M 7,8 pada 2006
Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Wilayah Indonesia berada di pertemuan berbagai lempeng tektonik, menjadikannya rentan terhadap gempa bumi besar, termasuk yang berasal dari zona megathrust. Gempa megathrust adalah gempa yang terjadi di zona subduksi, di mana lempeng samudera menunjam ke bawah lempeng benua. Halaman Selanjutnya : Proses ini menciptakan medan tegangan di bidang kontak antarlempeng, yang dapat bergeser tiba-tiba dan memicu gempa bumi besar. Proses ini menciptakan medan tegangan di bidang kontak antarlempeng, yang dapat bergeser tiba-tiba dan memicu gempa bumi besar. Gempa ini, jika terjadi di laut, berpotensi memicu tsunami yang bisa menyebabkan kerusakan hebat di wilayah pesisir. Lanjut BMKG menyampaikan, pentingnya kewaspadaan terhadap potensi gempa ini, terutama di wilayah-wilayah yang berada di jalur subduksi aktif.
Di Indonesia, terdapat beberapa zona subduksi utama yang berpotensi menjadi sumber gempa megathrust, antara lain:
- Subduksi Sunda: Mencakup wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.
- Subduksi Banda.
- Subduksi Lempeng Laut Maluku.
- Subduksi Sulawesi.
- Subduksi Lempeng Laut Filipina.
- Subduksi Utara Papua.
Mengingat besarnya potensi bahaya ini, BMKG terus memantau aktivitas seismik di seluruh wilayah Indonesia dan mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar