31 Agustus 2024

Peti Mati Part 2

Mau tak mau aku harus menerima kenyataan yang ada. Mengingat tidak adanya biaya untuk mencari tempat baru. Jadi aku mencoba untuk bertahan walau harus tersiksa.

Setelah itu, aku tak pernah membuka jendela kamar. Bahkan tirainya pun kubiarkan tertutup terus, dan tetap bertekad agar segera pindah secepatnya.

Tapi itu dulu, itu semua berlaku sebelum aku bertemu dengan Ryan, putra pemilik toko peti mati sebelah. Awalnya hanya berpapasan, kemudian sekedar bertegur sapa, lalu saling berkenalan dan berlanjut teman bicara yang menyenangkan.

Wajahnya yang tampan, penampilannya yang menarik,tutur kata yang halus dan tingkah lakunya yang sopan, membuat aku jatuh cinta kepada Ryan. 

Bahkan sekarang aku selalu membuka jendela kamarku agar dapat melihatnya bekerja melayani pembeli di tokonya.

Kini hampir setiap hari sepulang kerja atau hari hari libur, aku selalu menyempatkan diri untuk main ketempatnya.

Bahkan ketakutanku terhadap peti mati pun hilang sudah.

Malah sekarang aku menganggap peti mati itu hanyalah sebuah kayu yang dibentuk untuk menjadi tempat orang mati dibaringkan. Benar-benar tak bisa dipercaya.

Ya Tuhan, apa yang sedang terjadi pada diriku ? Kemana perginya ketakutanku selama ini?

Dan setiap kali aku main ke tokonya Ryan, pegawainya selalu menyuguhkan gorengan atau makanan kecil lainnya untuk kami berdua.

Lengkap dengan secangkir kopi untuk Ryan dan secangkir teh untukku. Bahkan kini dengan santainya, aku meletakkan makanan tersebut diatas tutup peti mati sebagai pengganti meja untuk kami. Gila tidak?

"Ris tahu enggak kalau peti mati ditempat ini ajaib loh," Beritahu Ryan kepadaku suatu malam, ketika kami menutup tokonya, sebelum pulang ke rumah masing-masing

"Masa sih? Apa Buktinya?'' ujarku tak percaya.

"Kalau peti matinya bergetar, pasti esoknya itu peti ada yang beli." Jelas Ryan kepadaku, sambil senyum-senyum sendiri begitu melihatku tampak mulai ketakutan begitu mendengar ceritanya. Benar-benar sulit untuk diterima akal sehat.

Tapi, ternyata ucapan Ryan bukanlah sekedar omong kosong. Terbukti dengan mata kepalaku sendiri, aku menyaksikan kebenaran ucapan Ryan lebih dari
sekali. 

Padahal tidak ada tangan manusia yang menggoyangkannya.  Ternyata cukup membuatku bergidik seram. Untung saja ada Ryan yang menemaniku, kalau tidak kupastikan aku sudah menjerit histeris.

Kini, aku percaya dengan ucapan Ryan.
Namun dari penjelasan Ryan, tidak selamanya tokonya kedatangan pembeli hanya dari patokan peti bergetar.

Sampai suatu hari, Ryan mengatakan kepadaku bahwa peti yang berwarna coklat yang ada di sudut ruangan, dilihatnya bergetar.

"Wah bakal ada pembeli baru tuh, Ryan" ucapku semangat. Hanya saja aku melihat reaksi Ryan biasa saja.

"Semoga aja ya Ren,"
Setelah itu, satu hari, dua hari , tiga...., sampai sudah seminggu lamanya kami menunggu, sang pembeli peti berwarna coklat itu tak kunjung datang juga.

"Sabar Yan, siapa tahu aja yang beli tak jadi mati. Lagipula si coklat pasti ada yang beli kok nantinya." kataku mencoba bercanda kepada Ryan.

Biasanya, Ryan akan tertawa mendengar candaanku, namun kali ini Ryan terlihat termenung seperti tidak begitu memperhatikanku.

Aneh. Itulah yang kurasakan terhadap sikap Ryan belakangan ini.

Entah kenapa seminggu belakangan ini, Ryan ingin sekali peti yang berwarna coklat tersebut segera laku terjual. Padahal setahuku selama ini, semenjak aku mengenalnya, 

Ryan tidak pernah mengkhususkan peti mana yang harus terjual duluan. Baginya semua sama saja, yang penting laku.
***
Hari ini aku lebih cepat mengerjakan tugas-tugasku, agar aku dapat pulang dari kantor lebih awal. Soalnya hari ini Ryan mengajakku makan malam diluar.

Setelah semua tugasku selesai, aku langsung bergegas pulang. Sesampainya di depan gang, langkahku segera terhenti ketika kulihat keramaian di rumah Ryan.

"Ada apa ini mbak ?" tanyaku kepada seorang wanita yang kebetulan sedang melintas di depanku.
"Ada yang mati, dek."
"Siapa ? tanyaku penasaran
"Itu si Ryan, anak pemilik toko peti mati sebelah. Tadi siang ia ditabrak sama mobil, lalu langsung mati ditempat. Kasihan sekali ya."
DEG !

Jantungku hampir copot mendengar penjelasan wanita yang itu. Dalam sepersekian detik kurasakan otakku memerintahkan untuk tidak mempercayainya. 

Tapi selanjutnya kurasakan itu seperti sia-sia belaka, saat kedua mataku menangkap sebuah bendera kuning dan papan bunga yang disitu tertulis nama Ryan.

Mau tak mau aku harus mempercayainya. Aku segera berlari masuk ke rumah Ryan, menerobos keramaian orang banyak. Disitu kutemukan Ryan, 

pria yang berhasil mencuri hatiku, telah tidur terbujur kaku didalam sebuah peti berwarna coklat.

Tiba-tiba aku merasa lututku menjadi lemas. Dadaku terasa sesak, kemudian pandanganku berubah menjadi gelap, 

lalu jatuh tak sadarkan diri.
Ternyata peti mati berwarna coklat kemarin, menunjukkan bahwa Ryan lah pemiliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sinopsis Open BO, Wulan Guritno Jadi Wanita Panggilan!

. Open BO adalah serial terbaru Indonesia yang tayang di Vidio,  Serial ini disutradarai oleh Reka Wijaya. Open BO berkisah tentang Ambar (W...